Dengan mengukur arus listrik yang melewati membran sel sperma, para
peneliti di UCSF : Universitas California, San Francisco, AS berhasil
mengidentifikasi suatu bagian batang ekor pada sel sperma yang
menghamburkan proton ketika bermula terjadinya pergerakan sperma di
saluran fallopian tube untuk memasuki indung telur dalam rahim selepas terjadinya proses copulatin.
Yang
diamati dalam eksperimen yakni kanal voltage-sensor-only (Hv1) dengan
penerapan teknik Yuriy Kirichok yang telah dikembangkan sejak tahun
2006. Protein bermuatan Hv1 ini terdapat pada ekor sperma : sperm flagellum yang menjadi aktif bergerak sebagai daya pendorong gerakan ekor sperma saat seakan saling berlomba menuju indung telur.
Dengan demikian eksperimen ini untuk pertama kalinya menerapkan metode patch-clamp
pada sperma manusia. Teknik yang dilakukan dengan mengkontakkan
seberkas elektrode kaca berukuran miniaturistik pada sel sperma untuk
mengukur arus fluks ion yang melintasi membran plasma sel.
Langkah ini memungkinkan para peneliti untuk mengamati terjadinya
proton yang berhamburan keluar dari sel melalui kanal penghantar proton
secara real time.
Tidak banyak kalangan ahli berbicara
tentang muatan listrik ketika membahas perihal riset sel sperma,
demikian pendapat Dejian Ren seorang Psikolog di Universitas
Pennsylvania sebagai pihak luar yang tidak terlibat dalam studi
penelitian di atas. Dan eksperimen ini adalah pertama kalinya
sekelompok Peneliti benar-benar berhasil membuktikan fenomena proses
elektrik dalam pengamatan pada pergerakkan sperma manusia dalam skala
sel, hingga hal ini pantas dipandang menjadikan kemajuan besar dalam
tatanan riset sel sperma dalam skala berdimensi seluler.
Terlepas
dari keberhasilan dalam pengamatan atas proses yang terjadi, pada
sesungguhnya para ilmuwan belum tahu persis apakah yang mendorong kanal
untuk menjadi aktif terbuka. Dugaan kesatu memperkirakan bahwa
perubahan kadar pH ketika bergerak dari lingkungan organ pria tempatnya
semula berasal kedalam organ reproduktif wanita adalah penyebab muncul
aktifnya pergerakkan ion dalam kanal tersebut. Prakiraan alternatif
lainnya adalah pendapat bahwa kanal Hv1 sangat dipengaruhi kandungan
zat seng ( zinc ) yang secara alamiah terdapat pada sel sperma ---keadaan yang membuat kanal seolah tidak aktif--- dan ketika zinc ini berkurang berhubung terserap dengan mudah pada organ dalam vagina serta lendir selaput fallopian mucus,
maka terpicu aktif kanal penghantar elektrik diatas. Dan kanal
penghantar pun diamati menjadi aktif terbuka apabila terdapat komposisi
zat endocannabinoid yang secara alamiah terdapat baik pada organ dalam reproduksi kaum pria mau pun wanita.
Selama beberapa dekade banyak ilmuwan yang telah mencoba berupaya untuk
melakukan percobaan model seperti ini; sementara sejumlah peneliti
lain telah menerapkan metode yang sama pada beberapa jenis sel lain,
sedangkan dalam upaya untuk menerapkan pada sperma manusia ---yang
relatif berukuran kecil dibandingkan dengan sel sperma tikus--- sejauh
ini mendapatkan hasilnya adalah kegagalan semata.
Kirichok sendiri
berkomentar bahwa hasil riset ini bernilai penting pada masa depan dan
pada tahapan selanjutnya untuk dapat menggugah penerapan dalam
pembuatan zat kontrasepsi bagi pria maupun terapi untuk meningkatkan
kesuburan pada kaum lelaki.
Sumber: Up-dates situs TheScientist-dot-com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar